BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi Tanaman
Hasil
analisis data secara statistik menunjukan bahwa perlakuan pupuk organik cair ampas
tahu dan bonggol pisang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter
tinggi tanaman pada umur 14 HST, 28 HST,
42 HST, 56 HST (Gambar 1).
Adapun rata-rata tinggi
tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 :
Rata-Rata Tinggi Tanaman Seledri
Gambar 1 menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian pupuk Organik Cair
bonggol pisang dan ampas tahu memiliki tinggi tanaman yang hampir sama, dan
berdasarkan analisis statistik setiap perlakuan pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST, 56 HST tidak berbeda nyata pada
parameter tinggi tanaman. Pada umur tanaman 14 HST tinggi tanaman seledri
tertinggi yakni pada perlakuan P1 (15,03 cm) sedangkan yang terendah pada
perlakuan P0 (11,9 cm) pada umur tanaman 28 HST pada perlakuan P1 (19,6 cm)
menghasilkan tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (12,6 cm)
menghasilkan tanaman terendah. Pada umur tanaman 42 HST tinggi tanaman seledri
yang tertinggi yakni pada perlakuan P3 (26,43 cm) sedangkan yang terendah pada
perlakuan P0 (17,93 cm) pada umur tanaman 56 HST pada perlakuan P4 (42,57 cm)
menghasilkan tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (27 cm)
menghasilkan tinggi tanaman terendah.
4.2 Jumlah Daun
Hasil anilisis
statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair yang diberikan pada
tanaman seledri terhadap parameter jumlah daun pada umur 14 HST, 18 HST, 42 HST,
56 HST tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah daun.
Adapun rata-rata jumlah daun dapat dilihat pada (gambar 2).
Gambar 2.
Rata-Rata Jumlah Daun Seledri Pada Umur 14 HST Hingga 56 HST
Gambar
2 menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair bonggol pisang dan
ampas tahu pada perlakuan 14 HST, 28 HST, 42 HST, 56 HST tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter jumlah daun. Pada umur tanaman 14 HST tinggi tanaman seledri tertinggi
yakni pada perlakuan P2 (10,33 helai) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0
(7,33 helai) pada umur tanaman 28 HST pada perlakuan P2 (15,33 helai)
menghasilkan jumlah daun tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (11,33
helai) menghasilkan tanaman terendah. Pada umur tanaman 42 HST tinggi tanaman
seledri yang tertinggi yakni pada perlakuan P1 (17,33 helai) sedangkan yang
terendah pada perlakuan P0 (13,33 helai) pada umur tanaman 56 HST pada
perlakuan P2 (28 helai) menghasilkan tanaman tertinggi selanjutnya pada
perlakuan P0 (17,67 helai) menghasilkan tanaman terendah.
4.3 Panjang Daun
Hasil
analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair
ampas tahu dan bonggol pisang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
parameter panjang daun pada umr 14 HST, 28 HST,
42 HST, dan 56 HST (gambar 3) Adapun rata-rata tinggi tanaman dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3.
Rata-Rata Panjang Daun Seledri
Gambar 3 menunjukan
bahwa perlakuan pupuk organik cair ampas tahu dan bonggol pisang pada perlakuan
14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST tidak memberikan pengaruh nyata pada
parameter panjang daun. . Pada umur tanaman 14 HST tinggi tanaman seledri tertinggi
yakni pada perlakuan P1 (6,733 cm) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0 (4,767
cm) pada umur tanaman 28 HST pada perlakuan P4 (6,33 cm) menghasilkan tanaman
tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (5,4 cm) menghasilkan tanaman terendah.
Pada umur tanaman 42 HST tinggi tanaman seledri yang tertinggi yakni pada
perlakuan P3 (6,87 cm) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0 (6,53 cm) pada
umur tanaman 56 HST pada perlakuan P4 (8,27 cm) menghasilkan tanaman tertinggi
selanjutnya pada perlakuan P0 (6,93 cm) menghasilkan tanaman terendah.
4.4
Produksi
Gambar
4.
Rata Berat Basah Tanaman Seledri
Berdasarkan
gambar 4 berat basah tanaman seledri dapat terlihat bahwa berat basah
tanaman seledri yang diberikan pupuk organik cair bonggol pisang dan ampas tahu
dihasilkan bobot tertinggi pada perlakuan P4 (60 ml/liter air ampas tahu)
dengan rata-rata 23,67 gram, P1 (30 ml/liter air bonggol pisang) yaitu 19,33
gram, P2 (60 ml/liter air bonggol pisang) yaitu 14,33 gram, P3 (30 ml/liter air
bonggol pisang) yaitu 13,67 gram sedangkan tanpa perlakuan pupuk organik cair
bonggol pisang dan ampas tahu (kontrol) memberikan hasil terendah yaitu 11,33
gram. Namun tidak berbeda nyata berdasarkan hasil analisis sidik ragam.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tinggi Tanaman
Hasil analistik
statistik menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair (POC) bonggol pisang
dan ampas tahu tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada
umur 14 HST ,28 HST, 42 HST, 56 HST. Salah satu penyebabnya yaitu pengaruh lingkungan yaitu suhu dan
intensitas cahaya. Sesuai dengan pernyataan Lugman (2013), suhu dan intensitas
cahaya adalah faktor lingkungan terbesar yang mempengaruhi pemanjangan batang.
Suhu optimum dalam pemanjangan batang tergantung jenis tanamannya. Selain itu
penyebab lainnya yaitu tanaman kekurangan fosfor. dengan kekurangan unsur P tersebut dapat mengganggu proses pertumbuhan
khususnya pada fase vegetatif tanaman. Sesuai dengan pernyataan Syahfrudin (2012)
menjelaskan bahwa tanaman tidak akan memberikan hasil yang maksimal apabila
unsur hara yang diperlukan tidak tersedia.
Sumarni dan
Rosliani (2001) menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman sangat
ditentukan oleh Unsur hara. unsur hara tersebut akan
diserap oleh akar dan ditranslokasikan keseluruh
bagian tanaman sehingga terjadi metabolisme
dan membentuk organ‐organ
pada tanaman.
4.2.2 Jumlah Daun
Hasil analisis
statistik menunjukan bahwa pemberian POC
bonggol pisang dan ampas tahu tidak menunjukan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap parameter jumlah daun pada umur
14 HST ,28 HST, 42 HST, 56 HST hal ini disebabkan dosisnya yang rendah sehingga
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam POC kurang untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman seledri. Unsur N sangat berpengaruh pada pertumbuhan daun,
unsur N yang kurang diduga menyebabkan daun menjadi kuning dan berwarna merah
kecoklatan.
Edsu (2008), menambahkan
bahwa nitrogen berfungsi membuat enzim-enzim, yang berperan dalam pembentukan
daun, kekurangan unsur ini mengakibatkan kurang bertambahnya jumlah daun dan tidak
tampak hijau segar melainkan agak kekuningan. Jika kekurangan nitrogen terlalu
banyak dan terus menerus, maka daun-daun yang dibawah menjadi kuning dan gugur.
Menurut Lingga (2007) pertumbuhan tanaman dirangsang oleh Nitrogen. Nitrogen
berperan dalam pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan
daun.
Menurut Setyowati (2001), pemberian konsentrasi yang lebih besar akan
melebihi kebutuhan akan unsur N. Unsur N dalam jumlah berlebihan tidak akan
lagi merangsang tanaman memberikan hasil yang lebih tinggi, kenyataannnya justru
memberikan hasil yang kurang optimal.
4.1.3 Panjang Daun
Hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair limbah ampas tahu dan
bonggol pisang tidak memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap parameter panjang daun pada umur 14 HST ,28 HST, 42
HST, 56 HST. disebabkan oleh kurangnya kandungan N dan Mg sehingga daun tanaman
seledri menguning Menurut Subhan (2004), kandungan Mg berperan pada pembentukan
daun, hasil fotosintesis mempengaruhi panjang daun dan warna daun yang lebih hijau.
Djunaedy ( 2009) menambahkan
bahwa unsur N merupakan unsur hara yang sangat penting juga untuk perkembangan
daun karena unsur N merupakan unsur yang
paling banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen (N) berfungsi untuk
meningkatkan kadar protein dalam tanah
Mahanani (2003) menambahkan
bahwa unsur kalium berperan juga dalam pembentukan daun, dalam pembentukan
protein dan karbohidrat, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit. Kekurangan
kalium juga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan daun terbakar.
4.1.3 Produksi
Hasil analisis
statistik menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair ampas tahu dan bonggol
pisang tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi tanaman
seledri Pada umur 14 HST ,28 HST, 42 HST,
56 HST. Hal ini disebabkan kandungan unsur hara N, P, K dalam pupuk organik
cair ini tidak dapat memenuhi kebutuhan hara yang dibutuhkan tanaman, pertumbuhan
akar tidak menjadi lebih baik. Unsur Hara yang penting untuk pertumbuhan tanaman adalah nitrogen
dan fosfor Mason (1994) menyatakan bahwa
unsur P merangsang pertumbuhan akar sehingga dapat menyerap hara yang
terkandung dalam tanah.
Prihmantoro dan
Indriani (2001) Menjelaskan pula bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi juga oleh
unsur nitrogen. Nitrogen berfungsi memacu pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen yang diserap tanaman dalam jumlah
yang cukup akan memacu jaringan meristematik pada titik tumbuh batang makin
aktif akibatnya ruas batang makin banyak terbentuk dan jumlah daun semakin
banyak hal ini juga akan berpengaruh terhadap besarnya produksi yang dihasilkan
Nitrogen berperan penting
sebagai penyusun protein sedangkan untuk unsur kalium berperan dalam memacu
pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan tanaman. Sehingga jika
pada tanaman kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan penyerapan unsur hara
dan air serta fotosintesis tidak optimal. Selain itu pula kadar kalium (K) yang
sedang, bahan organik yang sedang, dan N
yang rendah, akan menyebabkan proses metabolisme tanaman
terganggu sehingga kurang dapat meningkatkan hasil panen tanaman (Parman, 2007).
Arifin, dkk. (2014)
menambahkan bahwa secara umum tinggi rendahnya produksi suatu tanaman
tergantung dari varietas, cara bercocok tanam dan kondisi lingkungan tempat
tanaman itu ditanam. Tingkat kesesuaian suatu tanaman budidaya terhadap
lingkungan tumbuhnya sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas tanaman
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar