Sabtu, 25 Juli 2020

BAB IV PEMBAHASAN "pengaruh pemberian POC Ampas Tahu dan Bonggol Pisang pada Tanaman Seledri""


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi Tanaman
Hasil analisis data secara statistik menunjukan bahwa perlakuan pupuk organik cair ampas tahu dan bonggol pisang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 14 HST, 28 HST,  42 HST, 56 HST (Gambar 1). 
Adapun rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 : Rata-Rata Tinggi Tanaman Seledri
Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk Organik Cair  bonggol pisang dan ampas tahu memiliki tinggi tanaman yang hampir sama, dan berdasarkan analisis statistik setiap perlakuan pada umur 14 HST, 28 HST,  42 HST, 56 HST tidak berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman. Pada umur tanaman 14 HST tinggi tanaman seledri tertinggi yakni pada perlakuan P1 (15,03 cm) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0 (11,9 cm) pada umur tanaman 28 HST pada perlakuan P1 (19,6 cm) menghasilkan tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (12,6 cm) menghasilkan tanaman terendah. Pada umur tanaman 42 HST tinggi tanaman seledri yang tertinggi yakni pada perlakuan P3 (26,43 cm) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0 (17,93 cm) pada umur tanaman 56 HST pada perlakuan P4 (42,57 cm) menghasilkan tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (27 cm) menghasilkan tinggi tanaman terendah.
4.2 Jumlah Daun
            Hasil anilisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair yang diberikan pada tanaman seledri terhadap parameter jumlah daun pada umur 14 HST, 18 HST, 42 HST, 56 HST tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah daun. Adapun rata-rata jumlah daun dapat dilihat pada (gambar 2).
Gambar 2. Rata-Rata Jumlah Daun Seledri Pada Umur 14 HST Hingga 56 HST
Gambar 2 menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair bonggol pisang dan ampas tahu pada perlakuan 14 HST, 28 HST, 42 HST, 56 HST  tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Pada umur tanaman 14 HST tinggi tanaman seledri tertinggi yakni pada perlakuan P2 (10,33 helai) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0 (7,33 helai) pada umur tanaman 28 HST pada perlakuan P2 (15,33 helai) menghasilkan jumlah daun tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (11,33 helai) menghasilkan tanaman terendah. Pada umur tanaman 42 HST tinggi tanaman seledri yang tertinggi yakni pada perlakuan P1 (17,33 helai) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0 (13,33 helai) pada umur tanaman 56 HST pada perlakuan P2 (28 helai) menghasilkan tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (17,67 helai) menghasilkan tanaman terendah.
4.3 Panjang Daun
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair ampas tahu dan bonggol pisang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter panjang daun pada umr 14 HST, 28 HST,  42 HST, dan 56 HST (gambar 3) Adapun rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Rata-Rata Panjang Daun Seledri
Gambar 3 menunjukan bahwa perlakuan pupuk organik cair ampas tahu dan bonggol pisang pada perlakuan 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST tidak memberikan pengaruh nyata pada parameter panjang daun. . Pada umur tanaman 14 HST tinggi tanaman seledri tertinggi yakni pada perlakuan P1 (6,733 cm) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0 (4,767 cm) pada umur tanaman 28 HST pada perlakuan P4 (6,33 cm) menghasilkan tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (5,4 cm) menghasilkan tanaman terendah. Pada umur tanaman 42 HST tinggi tanaman seledri yang tertinggi yakni pada perlakuan P3 (6,87 cm) sedangkan yang terendah pada perlakuan P0 (6,53 cm) pada umur tanaman 56 HST pada perlakuan P4 (8,27 cm) menghasilkan tanaman tertinggi selanjutnya pada perlakuan P0 (6,93 cm) menghasilkan tanaman terendah.


4.4 Produksi
Gambar 4. Rata Berat Basah Tanaman Seledri
 Berdasarkan  gambar 4 berat basah tanaman seledri dapat terlihat bahwa berat basah tanaman seledri yang diberikan pupuk organik cair bonggol pisang dan ampas tahu dihasilkan bobot tertinggi pada perlakuan P4 (60 ml/liter air ampas tahu) dengan rata-rata 23,67 gram, P1 (30 ml/liter air bonggol pisang) yaitu 19,33 gram, P2 (60 ml/liter air bonggol pisang) yaitu 14,33 gram, P3 (30 ml/liter air bonggol pisang) yaitu 13,67 gram sedangkan tanpa perlakuan pupuk organik cair bonggol pisang dan ampas tahu (kontrol) memberikan hasil terendah yaitu 11,33 gram. Namun tidak berbeda nyata berdasarkan hasil analisis sidik ragam.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tinggi Tanaman
Hasil analistik statistik menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair (POC) bonggol pisang dan ampas tahu tidak memberikan pengaruh yang berbeda  nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 14 HST ,28 HST, 42 HST, 56 HST. Salah satu penyebabnya  yaitu pengaruh lingkungan yaitu suhu dan intensitas cahaya. Sesuai dengan pernyataan Lugman (2013), suhu dan intensitas cahaya adalah faktor lingkungan terbesar yang mempengaruhi pemanjangan batang. Suhu optimum dalam pemanjangan batang tergantung jenis tanamannya. Selain itu penyebab lainnya yaitu tanaman kekurangan fosfor. dengan kekurangan unsur  P tersebut dapat mengganggu proses pertumbuhan khususnya pada fase vegetatif tanaman. Sesuai dengan pernyataan Syahfrudin (2012) menjelaskan bahwa tanaman tidak akan memberikan hasil yang maksimal apabila unsur hara yang diperlukan tidak tersedia.
Sumarni  dan  Rosliani  (2001)  menambahkan bahwa  pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh Unsur hara. unsur hara  tersebut akan  diserap  oleh  akar dan ditranslokasikan  keseluruh  bagian  tanaman sehingga  terjadi  metabolisme  dan membentuk  organorgan  pada  tanaman.
4.2.2 Jumlah Daun
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian  POC bonggol pisang dan ampas tahu tidak menunjukan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur  14 HST ,28 HST, 42 HST, 56 HST hal ini disebabkan dosisnya yang rendah sehingga unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam POC kurang untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman seledri. Unsur N sangat berpengaruh pada pertumbuhan daun, unsur N yang kurang diduga menyebabkan daun menjadi kuning dan berwarna merah kecoklatan.

Edsu (2008), menambahkan bahwa nitrogen berfungsi membuat enzim-enzim, yang berperan dalam pembentukan daun, kekurangan unsur ini mengakibatkan kurang bertambahnya jumlah daun dan tidak tampak hijau segar melainkan agak kekuningan. Jika kekurangan nitrogen terlalu banyak dan terus menerus, maka daun-daun yang dibawah menjadi kuning dan gugur. Menurut Lingga (2007) pertumbuhan tanaman dirangsang oleh Nitrogen. Nitrogen berperan dalam pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun.
Menurut Setyowati (2001),  pemberian konsentrasi yang lebih besar akan melebihi kebutuhan akan unsur N. Unsur N dalam jumlah berlebihan tidak akan lagi merangsang tanaman memberikan hasil yang lebih tinggi, kenyataannnya justru memberikan hasil yang kurang optimal.
4.1.3 Panjang Daun
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair limbah ampas tahu dan bonggol pisang  tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter panjang daun pada umur 14 HST ,28 HST, 42 HST, 56 HST. disebabkan oleh kurangnya kandungan N dan Mg sehingga daun tanaman seledri menguning Menurut Subhan (2004), kandungan Mg berperan pada pembentukan daun, hasil fotosintesis mempengaruhi panjang daun dan warna daun yang lebih hijau.
Djunaedy  ( 2009) menambahkan bahwa unsur N merupakan unsur hara yang sangat penting juga untuk perkembangan daun karena unsur N merupakan unsur  yang paling banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen (N) berfungsi untuk meningkatkan kadar protein dalam tanah
Mahanani (2003) menambahkan bahwa unsur kalium berperan juga dalam pembentukan daun, dalam pembentukan protein dan karbohidrat, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit. Kekurangan kalium juga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan daun terbakar.
4.1.3 Produksi
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair ampas tahu dan bonggol pisang tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi tanaman seledri  Pada umur 14 HST ,28 HST, 42 HST, 56 HST. Hal ini disebabkan kandungan unsur hara N, P, K dalam pupuk organik cair ini tidak dapat memenuhi kebutuhan hara yang dibutuhkan tanaman, pertumbuhan akar tidak menjadi lebih baik. Unsur Hara yang  penting untuk pertumbuhan tanaman adalah nitrogen dan fosfor  Mason (1994) menyatakan bahwa unsur P merangsang pertumbuhan akar sehingga dapat menyerap hara yang terkandung dalam tanah.
Prihmantoro dan Indriani (2001) Menjelaskan pula bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi juga oleh unsur nitrogen. Nitrogen berfungsi memacu pertumbuhan tanaman. Unsur  nitrogen yang diserap tanaman dalam jumlah yang cukup akan memacu jaringan meristematik pada titik tumbuh batang makin aktif akibatnya ruas batang makin banyak terbentuk dan jumlah daun semakin banyak hal ini juga akan berpengaruh terhadap besarnya produksi yang dihasilkan
Nitrogen berperan penting sebagai penyusun protein sedangkan untuk unsur kalium berperan dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan tanaman. Sehingga jika pada tanaman kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan penyerapan unsur hara dan air serta fotosintesis tidak optimal. Selain itu pula kadar kalium (K) yang sedang, bahan organik yang sedang,  dan  N yang  rendah,  akan menyebabkan proses metabolisme tanaman terganggu sehingga kurang dapat meningkatkan hasil panen tanaman (Parman, 2007).
Arifin, dkk. (2014) menambahkan bahwa secara umum tinggi rendahnya produksi suatu tanaman tergantung dari varietas, cara bercocok tanam dan kondisi lingkungan tempat tanaman itu ditanam. Tingkat kesesuaian suatu tanaman budidaya terhadap lingkungan tumbuhnya sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas tanaman tersebut.





Tidak ada komentar:

BAB l pendahuluan tanaman kacang panjang

  BAB I PENDAHULUAN   1.1   Latar Belakang             Salah satu sayuran yang sering dikembangkan adalah kacang panjang.Kacang panj...